taswir

Gambar Immar hadir, ada, nyata. Ia bukan tiruan, salinan, atau bayangan dari kenyataan. Ia tidak mewakili apa-apa. Pada bidang gambar Immar, kita akan mendapati kenyataan si gambar itu sendiri. Bagaimana ia terjadi, bagaimana ia bergerak, mana serta apa saja yang bertumpuk, berlapis, bergulat di atas bidang datar itu.

BARU, BARU.

BARU, BARU., a group exhibition with works dating from 1981-2023 that were made by way of a long and meandering search, entanglements between ones’ curiosities and concerns, and questions about the possibilities and reach of art, artworks, and the role of art workers as citizens, as part of societies, and within humanity. BARU, BARU. is also haunted by questions of class, political insight, the systematic numbing of intellectuals, and a list of other anxieties that is carried the condemnation: ‘History repeats itself. First as tragedy, then as farce.’

BARU, BARU. will also be showing in other cities. Please wait for our updates!

Tidak berarti tidak…

“A. S. Budiono (Liem Bian Tjong, 1932-2008) pernah menjelaskan kepada temannya bahwa, “Lukisan abstrak tidak berarti tidak mengandung masalah sosial. Masalah itu sudah terserak ke jiwa dan itu terekspresikan dalam bentuk-bentuk abstrak.” Pameran duo ini menampilkan karya-karya lukis Bambang Bujono dari 1970an dan Jeroen Tan Markaban dari satu dekade terakhir. Walaupun akrab dengan seni lukis sejak usia dini, kedua pelukis ini menjalani hidup dengan profesi lain; sebagai wartawan seni rupa dan dalam bidang desain ruang dalam.”

Long exposure

Yuli menggunakan tubuh dan tangannya sebagai alat rekam dengan matahari sebagai sumber cahaya. Objek yang direkamnya semata alat bantu, sebab, sesungguhnya ia sedang merekam saat—bisa juga disebut ‘momen’.

RUANG ELOK SARAT TEMPO

‘A space for a temporary stop on a journey of memory around listening and being listened to. It is like a space that shares its corners for the circulation of air, sound, and voice. Sounds are organised for listening and being listened to as part of everyday life. A kind of harmonising space between the moving and the still.

Daily life is used as a way to understand a world full of intersections. Each intersection produces sound, sound is recognised until it becomes voice.’

-Julian Abraham ‘Togar’

Menjabat Tangan Ingatan

“Menjabat Tangan Ingatan adalah pameran tunggal pertama Haiza Putti. Ia mengunjungi waktu yang hilang, menelusuri ingatan tentang mendiang ibunya. Dari kepingan-kepingan peninggalan, ia muncul dengan gagasan “ingatan yang tertanam.”

Haiza Putti punya sapuan kuas yang ekspresif dengan warna-warna yang kerap lembut dan empuk. Pada Menjabat Tangan Ingatan, ia gunakan kekhasan itu karya itu untuk menggambarkan kekaburan dan ingatan yang berlapis-lapis bak kain. Pameran ini membicarakan keibuan, kekeluargaan juga tradisi turun-temurun.”

Habitudes

Ada habitus yang menentukan ciri karya seniman itu, misalnya, medium yang spesifik, corak warna yang khas, pokok perupaan yang mempribadi… banyak lagi. Ada pula kebiasaan yang mengendap di wilayah abstrak, seperti bagaimana seniman merumus kerangka berpikir, menutur cerita, atau melontar tanya. Kebiasaan mereka inilah yang membuat kita, sebagai seorang penyimak, penggemar, atau barangkali rekan dan teman karib seniman itu, dapat mengatakan dengan percaya diri, “Aku mengenal karya-karyanya.” Atau, boleh jadi kita senantiasa terpukau oleh daya jelajah mereka yang tak terduga—karena kegemaran menjelajah pun dapat menjadi sebuah kebiasaan. Seniman membentuk habitus, dan habitus membentuk kembali seniman.

Amongst reeds, evanesces, shines…

“All senses, including vision, are extensions of the tactile sense; the senses are specialisations of skin tissue, and all sensory experiences are modes of touching and thus related to tactility. Touch is sensory mode that integrates our experience of the world with that ourselves.” – Juhani Pallasma, 2008

KERNING

‘Kerning’ adalah bentuk apresiasi terhadap negative space, yang dikaitkan Galih dengan latar semesta domestik dan praktik kerja ingatan. Karya-karya dalam pameran ini dikonstruksi dengan meminjam kenangan dari berbagai sumber tanpa mencari tahu konten atau konteks dari citraan tersebut karena pertanyaan yang disematkan Galih bukanlah “Itu ingatan tentang apa?” tetapi “Apa itu ingatan?”