(English below.)
M. Irfan (l. Bukittinggi, Sumatra Barat, 1972) sekarang bekerja dan tinggal di Yogyakarta. Ia belajar kriya logam di ISI Jogja di mana ia menjadi salah satu pendiri Kelompok Seni Rupa Jendela. Karya lukis di awal kariernya, dari pertengahan 1990-an hingga pertengahan 2000-an, cenderung dikategorikan sebagai lukisan abstrak dan minimalisme. Irfan sendiri menyebut fase praktiknya tersebut sebagai “melukis esensi”. Tidak hanya terbatas pada lukis, ia juga bekerja dengan berbagai macam media, termasuk patung, objek, dan konstruksi. Ia juga bereksperimen dengan berbagai macam gaya lukis seperti photorealism, op art, dan cerebral formalism. Dalam beberapa tahun ke belakang, Irfan telah dikenal sebagai pelukis dengan kecenderungan gaya (foto) realistik. Waktra dalam kekaryaan Irfan mulai dari potret, alat-alat dan infrastruktur transportasi (rel kereta api, jalanan, jembatan, pesawat, mobil, dst), penggalan patung-patung dari era Renaissance, sampai dengan alat-alat bantu dalam kerja perbengkelan. Kedua fase dua dimensional ini memperlakukan penonton sebagai subjek berjarak yang dibebaskan untuk membangun pemahaman dan naratifnya sendiri akan karya Irfan. Nirkias: not a figure of speech adalah pameran tunggal Irfan pertama yang menawarkan bentuk karya yang sama sekali baru dari karya-karya sebelumnya. Ia mendorong dirinya untuk melampaui penciptaan gambar dan memasuki pembuatan pengalaman. Ia tidak meninggalkan ketelitian dan perhitungan dalam praktik penciptaan gambarnya, tetapi karya-karya ini membutuhkan kita untuk menjadi bagian darinya. Karya-karya instalasi Irfan memanggil kita, manusia, untuk hidup bersama dengannya agar menjadi utuh, menjadi konkret.
***
Born in Bukittinggi West Sumatra, in 1972, M. Irfan currently lives and works in Yogyakarta. He studied metal craft at the Indonesia Institute of Arts (ISI Jogja) and was once a founding member of Kelompok Seni Rupa Jendela (Jendela Art Group). His early paintings, from mid 1990s to mid 2000s, tend to be categorized as either abstract or minimalism. Irfan himself calls that phase of his practice as “painting the essentials”. Not solely limited to painting, he intermittently works with various media, including sculptures, objects, and constructions. Another big body of his work experimented with various painting styles such as photorealism, op art, and cerebral formalism. Over the last few years, Irfan have been known for his highly, meticulously detailed depictions of vehicles and infrastructures of transportation (such as railway tracks, locomotives, bridges, roads, airplanes, cars, etc). These two phases of mostly two dimensional practice treats viewer as distanced-subjects that are free to generate their own means and make their own narratives from his works. Nirkias: not a figure of speech is Irfan’s very first solo exhibition that offers a whole new body of his works. He pushed himself to go beyond image-making and into experience-generating. Not that he left out his meticulous and highly calculated image production, but this time his images actually needed us to a part of it. Irfan’s installative works calls for us, humans, to coexist around them in order to be complete, to be concrete.